Jakarta,kanalpers.com – Rusia diketahui telah mengirimkan rudal ke pelabuhan Ukraina Selatan Odesa. Serangan tersebut dilancarkan selang 12 jam Moskow dan Ukraina melakukan penandatanganan kesepakatan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian termasuk gandum.
“Musuh menyerang pelabuhan laut Odesa dengan rudal jelajah Kalibr,” ujar Komando Operasi Selatan di aplikasi Telegram yang dikutip dari The Guardian, Sabtu (23/7/2022).
Kondisi ini lantas menimbulkan keraguan tentang kelayakan kesepakatan yang dimaksudkan untuk melepaskan sekitar 20 juta ton biji-bijian. Terutama guna mengatasi kelaparan di sebagian besar dari dunia berkembang.
Adapun dalam salah satu serangan terbesar di kota sejak perang dimulai, serangan udara telah mengguncang gedung-gedung di pusat kota dan mengeluarkan gumpalan asap yang terlihat di seluruh kota.
Di pinggir laut Odesa, pengunjung pantai bertepuk tangan saat pertahanan udara kota menjatuhkan dua dari empat rudal yang dilancarkan Rusia, dengan dua sisanya mengenai pelabuhan.
Serangan di Odesa sendiri merupakan salah satu dari serangkaian serangan Rusia di Ukraina, dengan kota Kropyvnytsky dihantam oleh 13 rudal pada Sabtu pagi.
Untuk diketahui, serangan baru terjadi beberapa jam setelah Moskow dan Kyiv menandatangani kesepakatan dengan PBB dan Turki yang dimaksudkan untuk mencegah krisis pangan global. Perjanjian tersebut membuka jalan bagi pengiriman jutaan ton biji-bijian Ukraina dan beberapa ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia yang tertahan akibat perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa perjanjian tersebut menawarkan kesempatan untuk mencegah bencana global kelaparan yang dapat menyebabkan kekacauan politik di banyak negara di dunia. “Khususnya di negara-negara yang membantu kami,” ujarnya.
Terlepas dari kemajuan di front itu, pertempuran berkecamuk tanpa henti di jantung industri Donbas di Ukraina timur, di mana pasukan Rusia mencoba membuat keuntungan baru dalam menghadapi perlawanan keras Ukraina.
Pasukan Rusia juga menghadapi serangan balik Ukraina tetapi sebagian besar bertahan di wilayah Kherson di utara Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.